Blog Roll

Why You Should Invest?

TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Rabu, 14 Januari 2009

Indonesia Rentan Perpindahan Limbah Berbahaya Ilegal



Berdasarkan keputusan COP 8 di Nairobi – Kenya tahun 2006, Indonesia akan menjadi tuan rumah pelaksanaan Antar Bangsa tentang Pengelolaan Limbah (COP 9 Basel Convention) yang akan diselenggarakan pada tanggal 23-27 Juni 2008 di Nusa Dua-Bali. Konferensi ini merupakan pertemuan tingkat Menteri yang akan dihadiri oleh para Menteri Lingkungan dari negara pihak, dengan tema Waste Management for Human Health and Livelihood atau Pengelolaan Limbah untuk Kesehatan dan Kehidupan.

Konvensi Basel tentang Pengaturan Perpindahan Lintas Batas dan Pembuangan Limbah Berbahaya atau Basel Convention on the Control of Transboundary Movements of Hazardous Wastes and their Disposal merupakan kesepakatan internasional untuk mengendalikan dampak dari perpindahan lintas batas dan pembuangan limbah berbahaya. Pada saat ini negara yang telah meratifikasi Konvensi Basel berjumlah 170 negara pihak. Indonesia meratifikasi Konvensi Basel sejak tahun 1993 melalui penerbitan Keputusan Presiden No. 61 tahun 1993.
“Indonesia sangat rentan terhadap perpindahan illegal limbah berbahaya dari negara lainnya, karena Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan sejumlah pelabuhan yang dilewati jalur pelayaran internasional. Konvensi Basel sangat penting untuk melindungi masyarakat dan lingkungan hidup Indonesia dari akibat penyelundupan limbah-limbah yang berbahaya dan beracun”, demikian disampaikan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Ir. Rachmat Witoelar.
Read More...

Kebangkitan Semu Berbungkus Keprihatinan

100 Tahun Kebangkitan Nasional,


Di era 100 tahun kebangkitan nasional, salah satu kado buat rakyat Indonesia adalah: menyaksikan bagaimana pemerintah tak mampu mengatasi jalan-jalan yang berlubang di berbagai daerah, biaya angkutan yang mahal, banjir di berbagai tempat juga di Jakarta, bahan pokok yang harganya terus naik, PLN yang sering padam, bahkan juga di daerah tempat sumber energi migas dan batu bara, seperti Kaltim dan Riau, gas dan batu bara dijual murah. Bila diingatkan, pemerintah biasanya sibuk membantah, menyalahkan kondisi global, dan menyodorkan kebijakan-kebijakan yang cenderung mengambil jalan pintas. Inikah yang dinamakan kebangkitan?


Satu abad sudah Kebangkitan Nasional dikumandangkan. Namun, diusia keseratus tahun ini pula keprihatinan yang melanda bangsa Indonesia tiada kunjung reda. utang negara, angka kemiskinan yang tinggi, krisis kepercayaan, sampai dengan carut marutnya pembangunan yang tidak jelas arahnya. Tengok saja, pasar-pasar tradisional yang tersisih oleh keberadaan mall dan pusat-pusat perbelanjaan mewah lainnya . Pemukiman sederhana yang tergusur oleh real estate hingga kondominium mewah, lahan terbuka hijau dan area publik yang menjadi pusat komersial, hingga jalan-jalan raya yang penuh lubang dan tidak terawat. Inilah wajah Indonesia di abad ini.




Dalam situsnya, Sarwono Kusumaatmadja menegaskan, bahwa seratus tahun Kebangkitan Nasional adalah saat yang tepat untuk melakukan perenungan (kontemplasi) dan selanjutnya merumuskan langkah-langkah strategis dalam berbagai aspek untuk memantapkan eksistensi dan keberlanjutan negara yang amat kita cintai ini.
Melalui serangkaian kebijakan dari pemerintahan yang satu ke pemerintahan berikutnya, negara memanglah harus semakin memantapkan eksistensi dan keberlanjutan negara; semakin mengamankan negara dari berbagai ancaman pada masa kini maupun pada masa depan dan memajukan perikehidupan berbangsa dan bernegara di segala bidang, termasuk kesejahteraan rakyat dan peradabannya.
Pemerintahan SBY-JK sudah berusaha keras membawa bangsa ini pada kemajuan, tetapi tampaknya lingkungan tidak membantu, berupa aneka bencana alam, harga minyak yang meningkat, harga pangan yang meningkat, partai-partai pemerintah yang tidak memerankan posisinya dengan ideal, dan lain-lain.
Kualitas pemerintah sedang diuji. Rakyat tak akan seresah ini bila pemerintah cukup meyakinkan dari awalnya. Sebagian rakyat menyangsikan kemampuan pemerintah menghadapi krisis besar yang menghadang kita. Pemerintahan memang memiliki kemampuan kehumasan yang tinggi dan memiliki program- program yang bagus di tingkat perencanaan, seperti Triple Track Strategy: pro growth, pro job, dan pro poor, tetapi lemah dalam implementasi dan menganggap masalah selesai kalau sudah tersusun konsep yang baik.
Rakyat juga menyaksikan bagaimana pemerintah tak mampu mengatasi jalan-jalan yang berlubang di berbagai daerah, biaya angkutan yang mahal, banjir di berbagai tempat juga di Jakarta, bahan pokok yang harganya terus naik, PLN yang sering padam, bahkan juga di daerah tempat sumber energi migas dan batu bara, seperti Kaltim dan Riau, gas dan batu bara dijual murah. Bila diingatkan, pemerintah biasanya sibuk membantah, menyalahkan kondisi global, dan menyodorkan kebijakan-kebijakan yang cenderung mengambil jalan pintas.
Pemerintah SBY-JK perlu menyadari bahwa banyak negara lain yang hidup di dunia yang sama, dengan problem dunia yang sama, berada pada kondisi yang maju pesat, lebih sejahtera, dan negaranya makin kaya.
“Saya tak ragu untuk menyatakan bahwa Indonesia memiliki segala hal yang diperlukan untuk menjadi negara besar dengan rakyat yang sejahtera, bersatu, dan maju. Salah satu modal amat penting yang diperlukan untuk menggerakkan semua potensi yang ada itu adalah dimilikinya ‘kepercayaan diri’ dan ‘semangat kemandirian’, sesuatu yang harus terus-menerus kita bangun serta manajemen negara yang andal,” ungkapnya.


Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat, Hidayat Nur Wahid, mengatakan bahwa, Seratus Tahun Kebangkitan Nasional merupakan momentum yang tepat untuk menentukan arah perubahan bangsa. Menurut dia, bangsa Indonesia sebenarnya bangsa yang hebat. Bahkan, Indonesia pernah menjadi guru bagi bangsa lain.
Namun, dalam perjalanannya, peran guru ini justru dilampaui oleh bangsa lain sebagai muridnya. ”100 tahun merupakan momentum yang tepat untuk perubahan,”ujarnya. Beberapa kemerosotan Indonesia dibandingkan negara lain terlihat jelas. Misalnya, Malaysia, dulu belajar mengelola tambang minyak dari Pertamina. Kini, Malaysia memiliki Petronas dengan menara kembarnya. sedangkan pertamina belum memiliki apa-apa. Ironisnya lagi, Indonesia pun tertinggal jauh dari Vietnam yang baru beberapa tahun merdeka. Dulu, Vietnam mengimpor beras dari Indonesia, sekarang justru sebaliknya. Padahal, Indonesia dikenal sebagai negara agraris.
Kita sedang dihadapkan pada gerbong sejarah yang luar biasa. Gerbong perubahan ini mau tidak mau akan terjadi. Kita akan membangun peradaban baru dan ini tahun yang tepat untuk memulai perubahan peradaban itu, Bukan hanya harapan yang masih ada, tapi Indonesia juga memiliki kemampuan yang luar biasa untuk bangkit dan mendapatkan pengaruh di dunia internasional. Demikian ungkap Emha Ainun Nadjib, menyoroti Seratus Tahun Hari Kebangkitan Nasional.
Disela-sela jerit keprihatinan ini, masih terlontar secercah rasa optimis dari Menteri Komunikasi dan Informatika, Muhammad Nuh, selaku Wakil Ketua Panitia Nasional Peringatan 100 Tahun Hari Kebangkitan Nasional. Menurutnya, inti dari 100 Tahun Hari Kebangkitan Nasional adalah ada satu kebanggaan baru atau kepercayaan diri baru dari bangsa yang besar. Sudah saatnya bangsa bangkit bersama, jangan terus terpuruk dalam kondisi yang saling meniadakan. Inilah tujuan dari peringatan 100 tahun Harkitnas. Sebuah momentum yang diharapkan dapat menyadarkan bangsa ini untuk menciptakan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya.
Keberhasilan 100 Tahun Hari Kebangkitan Nasional terletak pada partisipasi semua pihak, karena ini akan menunjukkan bahwa masyarakat secara keseluruhan memiliki kesadaran bahwa sebagai suatu keluarga besar, kita memiliki cita-cita mulia yang harus terus diperjuangkan, dengan penuh kehormatan dan kemartabatan. Momentum peringatan 100 tahun kebangkitan nasional diharapkan dapat menjadi pemicu semangat bangsa ini untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya.
“Momentum ini sangat penting untuk membangun spirit. Jika ingin bergerak untuk terus maju, bangsa ini harus harus pandai menjaga momentum, dengan memperkecil berbagai unsur yang saling meniadakan, yang dapat membuta bangsa ini bergerak dari titik nol. Seperti di satu sisi mencerdaskan yang lain memperbodoh.”
Jadi, peran serta bagi seluruh elemen masyarakat dalam memanfaatkan momentum peringatan 100 tahun Hari Kebangkitan Nasional ini, yang hanya datang satu kali, harus terus ditingkatkan. “Kini sebuah momentum yang diharapkan dapat menyadarkan bangsa ini untuk menciptakan keadilan dan kesejahteraan bagi selurh rakyatnya. Keberhasilan 100 Tahun Hari Kebangkitan Nasional terletak pada partisipasi seluruh rakyat, terletak pada partisiasi semua pihak, karena ini akan menunjukkan bahwa masyarakat secara keseluruhan memiliki kesadaran bahwa sebagai suatu keluarga besar, kita memiliki cita-cita mulia yang harus terus diperjuangkan, dengan penuh kehormatan dan kemartabatan,” kata M. Nuh. [] js / disarikan dari berbagai sumber
Read More...
 

Followers